Manusia

Terkadang manusia bisa besar kepala dan menganggap dirinya paling beriman di dunia.
Apa hak kita untuk menghakimi orang lain? Apakah derajat kita lebih tinggi dari derajat manusia lain? Apa karena tingkat kepandaian kita lebih cerdas dari manusia lain? Entah lah, yang jelas kebanyakan manusia modern yang mengaku cerdas dan beradab ini sering kali membuatku muak. Urusan agama itu adalah urusan manusia terhadap Tuhan. mengapa berani sekali kita menghakimi sesama manusia. padahal kita dihadapan sang pencipta sama derajatnya.

Manusia terlahir dengan bermacam-macam watak dan perilaku, dan ibadah merupakan ritual yang ditanamkan oleh orang tua mereka sejak dini. Mungkin saja kamu terlahir di keluarga taat dengan hukum ibadah yang sangat ketat dan memaksa sehingga kamu terbiasa sedangkan disisi lain ada yang terlahir di keluarga taat namun tidak ketat dan memaksa dan ada juga yang terlahir di keluarga tidak taat. Manusia butuh proses untuk memantapkan keimanannya. Percuma kamu ibadah setiap hari hanya karena paksaan lalu terbiasa tapi tidak tau maknanya. Apa bedanya kamu dengan monyet sirkus yang dilatih untuk berdiri dengan 2 kaki? hanya menurut demi menghindari cambukan.

Apa sih itu manusia beriman? Apa yang ibadahnya paling rajin? Apa yang sedekahnya paling banyak? Apa yang menghakimi manusia lain dengan suara paling keras? saya pikir manusia tidak bisa mengukur keimanan manusia lainnya. Tapi manusia bisa mengukur keimanan dirinya sendiri. Sebelum menghakimi orang lain lihatlah keimananmu sendiri lalu bandingkan juga dengan sifat nabi yang tidak pernah berbuat keji terhadap musuhnya walaupun ia dilempari kotoran hewan.

Comments

Popular posts from this blog

Hari Ketiga

Hari Ke Sembilan

Mencoba Menulis (day 1)